Abdi hanya mau menunjukkan perbedaan antara "Kerukunan AntarUmat beragama" dengan "Kerukunan AntarAgama"
Saudaraku...
Dalam Islam, Setiap Muslim diwajibkan berbuat baik dalam hal muamalah (hubungan manusia, ekonomi, sosial) terhadap siapapun tanpa memandang Agama. Misalnya berbuat baik terhadap tetangga yang nonmuslim, memberi makan mereka, berhutang, jual beli terhadap mereka. Inilah Islam rahmatan lil 'Alamin
Saudaraku...
Dalam Islam, Setiap Muslim diwajibkan berbuat baik dalam hal muamalah (hubungan manusia, ekonomi, sosial) terhadap siapapun tanpa memandang Agama. Misalnya berbuat baik terhadap tetangga yang nonmuslim, memberi makan mereka, berhutang, jual beli terhadap mereka. Inilah Islam rahmatan lil 'Alamin
Namun saudaraku, dalam hal Aqidah (keyakinan) dan Ibadah tidak ada yang namanya toleransi. Maksudnya sampai kapanpun kita tidak boleh menganggap ada agama lain selain islam sebagai agama yang benar, atau kita tidak boleh merayakan agama lain.
Nah, "Menganggap Orang nonmuslim = Kafir" adalah perkara Aqidah. Artinya sudah wajar orang Islam meyakini Agama di luar Islam itu Salah dan Orangnya kafir.
Begitupun orang Non Islam dan agama non Islam, silakan menganggap Islam adalah agama yang Salah dan penghuninya masuk Neraka.
Tidak masalah, justru itulah Agama.
kalau Orang islam "dipaksa" meyakini Agama Lain benar, maka untuk apa memeluk Islam? karena semua agama benar.
sekali lagi kita harus "eksklusif" dalam hal berfikir teologi.
Orang Islam silakan berfikiran bahwa orang nonmuslim tidak akan selamat, dan akan masuk neraka.
begitupun Orang Kristen, dll, silakan menganggap orang Islam tidak akan selamat dan masuk neraka versi mereka.
Masing-masing silakan "Ekslusif dalam Aqidah dan Ibadah" tetapi Insklusif dalam Muamalah (bermasyarakat)
berikut contoh Inklusif Rasul dalam bermasyarakat dengan kaum Yahudi:
"Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW yang dihinanya setiap hari. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”
Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu pun kebiasaan Rasulullah yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.” “Apakah Itu?,” tanya Abubakar RA. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana,” kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, ”Siapakah kamu?” Abubakar RA menjawab, ”Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).” ”Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu.
”Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku,” pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, ”Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.”
Mendengar penjelasan Abubakar RA, seketika itu juga pengemis itu meledak tangisnya, sangat menyesal, dan dalam basahnya air mata ia berkata, ”Benarkah itu? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia, begitu agung…. ”
“ Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rosuulullah “ Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.
Sahabat…. Begitu indahnya akhlaq beliau, Orang Kafir Yahudi yang setiap saat mengejek, menghina, memfitnah bukan dijadikan musuh malah disantuni bukan sekali-sekali tapi seumur hidup beliau"
Nah, "Menganggap Orang nonmuslim = Kafir" adalah perkara Aqidah. Artinya sudah wajar orang Islam meyakini Agama di luar Islam itu Salah dan Orangnya kafir.
Begitupun orang Non Islam dan agama non Islam, silakan menganggap Islam adalah agama yang Salah dan penghuninya masuk Neraka.
Tidak masalah, justru itulah Agama.
kalau Orang islam "dipaksa" meyakini Agama Lain benar, maka untuk apa memeluk Islam? karena semua agama benar.
sekali lagi kita harus "eksklusif" dalam hal berfikir teologi.
Orang Islam silakan berfikiran bahwa orang nonmuslim tidak akan selamat, dan akan masuk neraka.
begitupun Orang Kristen, dll, silakan menganggap orang Islam tidak akan selamat dan masuk neraka versi mereka.
Masing-masing silakan "Ekslusif dalam Aqidah dan Ibadah" tetapi Insklusif dalam Muamalah (bermasyarakat)
berikut contoh Inklusif Rasul dalam bermasyarakat dengan kaum Yahudi:
"Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW yang dihinanya setiap hari. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”
Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu pun kebiasaan Rasulullah yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.” “Apakah Itu?,” tanya Abubakar RA. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana,” kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, ”Siapakah kamu?” Abubakar RA menjawab, ”Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).” ”Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu.
”Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku,” pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, ”Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.”
Mendengar penjelasan Abubakar RA, seketika itu juga pengemis itu meledak tangisnya, sangat menyesal, dan dalam basahnya air mata ia berkata, ”Benarkah itu? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia, begitu agung…. ”
“ Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rosuulullah “ Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.
Sahabat…. Begitu indahnya akhlaq beliau, Orang Kafir Yahudi yang setiap saat mengejek, menghina, memfitnah bukan dijadikan musuh malah disantuni bukan sekali-sekali tapi seumur hidup beliau"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar